all about java programming, music includes song lyrics and guitar chords, and a lot of information contents..
(Copyright - Java[at]Saindra - 2010)

Israeli vs Palestine Part 2 >> Just Shared





Eksploitasi Hamas atas Penduduk Sipil Sebagai Tameng Hidup

Studi ini mempelajari bahwa Hamas dan organisasi teroris lainnya di Jalur Gaza secara ekstensif memanfaatkan penduduk sipil Palestina sebagai tameng hidup. Hal ini menggambarkan bahwa organisasi teroris membangun infrastuktur militer besar di Jalur Gaza, termasuk tempat penyimpanan roket besar dan misil yang digunakan untuk menjadikan penduduk Israel di bagian selatan sebagai sasaran (sejak tahun 2001-2008 lebih dari 8.000 roket dan misil telah ditembakkan pada kawasan pemukiman Israel). Infrastruktur militer teroris disembunyikan di dalam dan berada di sekitar rumah penduduk serta menyebar di lokasi sekitar Jalur Gaza, tempat yang diperkirakan ditinggali lebih dari 1.4 juta orang, yang merupakan salah satu kawasan pemukiman yang padat di dunia.

Diperkirakan, terus menerusnya penggunaan penduduk sipil sebagai tameng hidup bertujuan untuk mengurangi kelemahan Hamas dan organisasi teroris Palestina lainnya dengan diperolehnya kesempatan mendapatkan sejenis imunitas dari aktifitas antiterorisme IDF, karena mereka sadar bahwa Israel sedapat mungkin akan menghindari jatuhnya korban penduduk sipil. Hal ini juga bermaksud memungkinkan Hamas dan organisasi teroris lainnya mendapat keuntungan propaganda politik dari pertempuran karena segenap hati dan segenap pikiran menyatakan Israel sebagai pelaksana operasi terhadap penduduk yang tidak bersalah ini. Doktrin organisasi teroris yang menggunakan tameng hidup diprakarsai oleh taktik Hizbullah di Libanon dan melalui pelajaran yang mereka terima dari kampanye para teroris, yang mulai mereka gunakan terhadap Israel sejak tahun 2000.

Hari ini Hamas dan organisasi teroris lainnya memiliki sebanyak kira-kira 20.000 mata-mata bersenjata di Jalur Gaza dengan berbagai jenis keterampilan. Mereka memiliki senjata ringan, senjata anti-tank, perlengkapan ledak yang sangat kuat, roket dan misil. Infrastruktur militer mereka terletak di lokasi penduduk (dengan kota Gaza sebagai urat nadi) dan delapan kamp pengungsi yang padat penduduk di sepanjang Jalur Gaza.

Hamas dan organisasi teroris lainnya meniru dan mengembangkan doktrin perang Hizbullah, yang didasarkan atas eksploitasi penduduk sipil sebagai tameng hidup. Mereka menggunakannya pada kondisi unik di arena Gaza, yang secara topografi lebih mudah dibandingkan dengan yang berada di selatan Libanon. Menggunakan penduduk sipil sebagai tameng hidup adalah kejahatan perang, pelanggaran mutlak atas hukum konflik bersenjata dan kejahatan terhadap hak asasi manusia. Roket dan misil yang secara rutin ditembakkan dari kawasan berpenduduk padat serta berdekatan dengan tempat-tempat dan fasilitias umum (termasuk institusi pendidikan dan mesjid) memerlukan perlindungan khusus dari Konvensi PBB. Dalam skenario serangan ke Jalur Gaza, organisasi teroris akan menggunakan setting penduduk dan kamp pengungsi sebagai tempat utama peluncuran senjata mereka.

Studi ini (rampung selama minggu pertama Operasi Cast Lead) menunjukkan banyak contoh bagaimana penduduk sipil digunakan sebagai tameng hidup selama teroris menyerang Israel dan perang terhadap Israel. Contoh-contoh ini berdasarkan pengalaman yang dikumpulkan Israel dalam melawan terorisme di Jalur Gaza, termasuk minggu pertama pelaksanaan Operasi. Penemuan yang ditemukan adalah sebagai berikut :

  1. Personil militer dan keamanan, fasilitas-fasilitas dan instalasi terletak di dalam konsentrasi penduduk yang padat (termasuk rumah tinggal dan bangunan umum seperti sekolah, mesjid dan rumah sakit) : Infrastruktur militer secara besar-besaran diserang oleh IDF dalam Operasi Cast Lead, termasuk mata-mata teroris, senjata dan fasilitas serta instalasi mereka : markas besar, basis, kantor, gudang penyimpanan senjata, terowongan, jaringan bawah tanah, mesin-mesin, bengkel dan ruang bawah tanah. Membangun infrastruktur militer dalam pemukiman padat penduduk dapat menyebabkan “kecelakaan kerja” dan menjadikannya ujung tombak dalam pertempuran saat tentara Israel melaksanakan aktivitas antiterorisme atau saat ada konflik kekerasan internal di Palestina.

  2. Roket dan misil ditembakkan pada pusat-pusat pemukiman dari dalam maupun daerah yang dekat dengan tempat tinggal penduduk dan kadang kala dari sekolah atau mesjid. Pasukan peluncur roket dengan sengaja menempatkan peluncurnya dekat rumah-rumah untuk menyamarkan situasi dan melindungi diri dari IDF. Serangan yang dilakukan oleh teroris sering mengganggu kehidupan sehari-hari penduduk Palestina dan juga membahayakan mereka. Seringkali roket meledak saat sedang disiapkan dan dalam beberapa kasus roket Kassam buatan rumahan (yang kualitas teknisnya rendah) jatuh di Jalur Gaza, bukan di Israel, menewaskan dan melukai penduduk sipil setempat.

  3. Teroris melawan IDF dari dalam tempat pemukiman dan fasilitas umum, dan membawa ambulans untuk mengevakuasi mata-mata teroris dari medan pertempuran. Dalam Operasi Cast Lead, mata-mata teroris memanfaatkan pengungsi dalam fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah dan mesjid. Pada Operasi IDF yang dilaksanakan beberapa tahun ini, termasuk Operasi Hot Winter di bulan Maret 2008 dan Operasi Autumn Clouds di bulan Oktober 2006, IDF seringkali berhadapan dengan mata-mata teroris yang menyerang dari dalam rumah penduduk. Mereka adalah para pendukung, termasuk kaum perempuan dan anak-anak, yang berpatroli dan menjalankan misi intelijen. Dalam beberapa kasus mata-mata teroris berpakaian sipil, menjadikannya sulit dikenali antara teroris yang menyamar dan penduduk sipil asli. Selama Operasi Hot Winter IDF menemukan senjata yang disembunyikan di sebuah mesjid di kamp pengungsi Jabaliya. Selama pertempuran di pemukiman Al-Zeitun di tahun 2004, para teroris menggunakan ambulans UNRWA untuk mengevakuasi seorang Palestina yang terluka dan para mata-mata teroris. Semua ini merupakan pelanggaran mutlak atas hukum perang dan eksploitasi dari perlindungan khusus yang dimiliki tempat-tempat ibadah, instalasi medik dan kendaraan.

  4. Penduduk sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, dengan sengaja digunakan sebagai tameng hidup untuk melindungi mata-mata teroris yang rumahnya takut diserang oleh IDF. Selama Operasi Cast Lead dan di banyak contoh di waktu lampau, organsisasi teroris telah mengeksploitasi peringatan IDF pada warga sipil untuk mengevakuasi tempat tinggalnya sebelum serangan, dengan mengirimkan anak-anak dan pemuda ke lokasi-lokasi yang dimaksud, menyadari bahwa IDF tidak akan dengan sengaja menyerang penduduk sipil. Perdana Menteri Hamas Ismail Haniya dan banyak pemimpin Hamas lainnya (seperti misalya Nizar Rayyan, yang tewas pada Operasi Cast Lead) telah sesumbar tentang penggunaan taktik tameng hidup mereka.

  5. Teroris mengadakan pelatihan militer, latihan dan demonstasi pertempuran, penting untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka dan meningkatkan moral, di tengah konsentrasi penduduk (di mana teroris merasa lebih aman daripada berada dalam situasi yang seharusnya). Mereka membahayakan kehidupan penduduk sipil, mengacaukan rutinitas sehari-hari, mengakibatkan berbagai kecelakaan kerja (penembakan random, ledakan) dan juga aktivitas antiterorisme IDF. Penduduk Gaza telah beberapa kali menyatakan permohonan pada organisasi teroris untuk menghentikan aktivitas ini, namun tidak berhasil. Latihan dan demo pertempuran meningkat dalam 6 bulan masa tenang sebelum Operasi Cast Lead.

  6. Perempuan dan anak-anak digunakan sebagai tameng hidup. Organisasi teroris mengirim 200 wanita untuk menyelamatkan belasan mata-mata dari mesjid Nasser di Beit Hanoun sebelah utara Jalur Gaza dalam aksi IDF di bulan November 2006. Para teroris berbaur dengan para wanita, memanfaatkan kenyataan bahwa IDF tidak akan menembak sembarangan pada kelompok wanita, dan melarikan diri dari daerah pertempuran. Dan lagi, selama pertempuran dengan IDF, beberapa waktu yang lalu di Jalur Gaza, IDF seringkali menemukan para teroris menembaki mereka ketika mereka dikelilingi oleh anak-anak dan orang dewasa, terkadang atas inisiatif mereka dan kadang atas aba-aba para teroris (kejadian ini terdokumentasi dan tersaji di bagian belakang artikel ini). Wanita dan anak-anak juga digunakan dalam operasi-operasi logistik untuk melaksanakan serangan para teroris (mengumpulkan informasi, menyelundupkan senjata, serangan-serangan bom bunuh diri dll). Taktik-taktik tersebut kemungkinan digunakan kembali selama operasi Cast Lead

Penduduk sipil jalur Gaza membayar harga tinggi dengan terjadinya kecelakaan perorangan dan kematian (studi ini mendokumentasikan tingginya korban akibat aktivitas teroris) dan gangguan pada kegiatan sehari-hari. Di luar isu penggunaan penduduk sebagai tameng hidup, seluruh populasi Gaza membayar mahal karena kebijakan Hamas, karena setelah Hamas mengambil alih Jalur Gaza di bulan Juni tahun 2007, menjadikan lebih dari 1,4 juta penduduk Gaza sandera atas ideologi Islam radikal dan strategi menjadikan mereka sebagai pihak yang membantunya. Hamas menyeret mereka ke dalam perang tanpa akhir dengan Israel, konfrontasi dengan Otoritas Palestina pimpinan Mahmoud Abbas, penurunan hubungan dengan Mesir dan negara Arab lainnya, dan isolasi dari komunitas Internasional.

Kontradiksi dasar antara kebutuhan penduduk dan kebijakan Hamas diperlihatkan secara jelas dengan penyerangan oleh Hamas dan kelompok teroris lainnya pada perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel, yang merupakan jalur hidup untuk penduduk Gaza, dan karena berbagai kesulitan yang timbul oleh Operasi Hamas. Walaupun secara bertahun-tahun Hamas mencoba mengaburkan situasi Jalur Gaza sebagai krisis kemanusiaan dan bahkan “Holocaust”, dengan melakukan serangan teror menyerang Israel yang menyediakan kebutuhan dasar penduduk Gaza. Selama bertahun tahun perbatasan Kerem Shalom, Sufa, Karni, Nahal Oz dan Erez, yang merupakan jalur utama untuk suplai kebutuhan vital dan bahan bakar, telah diserang oleh roket, misil dan percobaan serangan bom bunuh diri yang membawa banyak korban. Penembakan roket dan misil ini meningkat selama perjanjian gencatan senjata masih berlangsung. Sebagai tambahan, organisasi teroris ini telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka menargetkan pembangkit listrik Ashkelon, yang menyediakan 65% listrik Jalur Gaza.

Di masa lalu, penggunaan penduduk sebagai tameng hidup oleh Hamas dan terus menerusnya pengabaian kebutuhan hidup penduduknya telah menuai kritikan tajam dari penduduk Jalur Gaza (walaupun Hamas berusaha meminimalkannya melalui media yang dikuasainya), dan juga Otoritas Palestina dan Mesir. Hamas mengacuhkan kritik internal dan eksternal, menolak untuk mengubah kebijakannya dan semakin sering memanfaatkan kekurangan, kemiskinan dan penderitaan di Jalur Gaza sebagai bahan kampanye media untuk menyerang Israel, Mesir dan Otoritas Palestina.

Selama operasi Cast Lead, yang dimulai pada 27 Desember 2008, IDF telah melaksanakan serangan presisi pada infrastruktur militer yang dibangun ditengah-tengah penduduk sipil. Serangan udara Israel dari udara dan laut terhadap Hamas (dan organisasi teroris lainnya) yang terletak di antara pemukiman penduduk dapat diterima menurut hukum Internasional. Hal tersebut diambil karena Negara Israel perlu memberikan rasa aman pada penduduknya dan menjamin kesejahteraan dan kebutuhan dasar kehidupan dan keamanan sejalan dengan prinsip pertempuran bersenjata. Untuk delapan tahun rakyat Israel telah dihujani roket dan mortar, dan juga berbagai bentuk terorisme, semuanya berasal dari Hamas dan berbagai organisasi teror yang mengontrol Jalur Gaza dan beroperasi dari dalamnya.

Hamas dan berbagai organisasi teroris lainnya, untuk kepentingan mereka, menjalankan kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan dengan secara sengaja dan sembarangan menembakkan serangkaian roket pada target penduduk sipil serta menyebabkan teror yang menyedihkan, kematian dan kehancuran dengan pemanfaatan penduduk sipil di Jalur Gaza sebagai tameng hidup. Semua ini merupakan pelanggaran atas prinsip dasar yang membedakan antara pejuang dan non-pejuang, yang merupakan batu penjuru hukum perang bersenjata. Terserah pada komunitas internasional untuk menghadapi organisasi teroris dan negara-negara yang mensponsori serta mendukung mereka (khususnya Iran dan Suriah) sesuai dengan seluruh perlengkapan politik serta hukum yang mereka miliki untuk menyelesaikannya.

Penulisan studi ini dimulai pada pertengahan bulan 2008 dan dirampungkan pada akhir minggu pertama Operation Cast Lead, dengan diawalinya serangan darat IDF ke Jalur Gaza. Analisa pemanfaatan penduduk sipil sebagai tameng hidup dan banyak contoh lainnya yang telah disebutkan adalah berdasarkan pengalaman Israel bertempur menghadapi Hamas dan organisasi teroris lainnya yang menguasai dan beroperasi di Jalur Gaza. Juga tercatat beberapa contoh dari minggu pertama Operasi Cast Lead, yang tentu saja perlu dilengkapi saat operasi di Jalur Gaza ini berakhir.

To be continued..

Continue to part 3 >>

... Back to part 1



This post powered by :

Ditulis oleh : Diplomat Israel, disadur dari berbagai sumber..



Adsense IndonesiaAdsense IndonesiaAdsense Indonesia


copyright - javaatsaindra.blogspot.com - OSC

  • RSS 2.0
  • Digg this
  • Delicious bookmark
  • Face book
  • Stumble
  • News-vine

0 people have left comments

Commentors on this Post-

Post a Comment